Objek wisata Rammang-Rammang berada di Gugusan Pegunungan Kapur (karst) Maros-Pangkep, tepatnya berada di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros. Kabupaten yang juga sering dikenal dengan istilah
Butta Salewangang, Provinsi Sulawesi Selatan. Berjarak sekitar 40 km arah utara Kota Makassar, dan bisa ditempuh melalui jalur darat dengan menggunakan kendaraan bermotor dengan waktu tempuh kurang lebih 2 jam perjalanan dari Kota Makassar. Objek wisata ini berupa objek wisata alam dan sangat mudah dijangkau karena hanya beberapa meter dari jalan raya lintas provinsi.
Arti kata Rammang-Rammang sendiri berasal dari bahasa daerah setempat yaitu Bahasa Makassar, di mana kata
rammang yang bisa diartikan sebagai awan atau kabut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa arti kata rammang-rammang adalah sekumpulan awan atau kabut. Menurut cerita penduduk setempat, tempat ini diberi nama Rammang-Rammang dikarenakan awan atau kabut yang selalu turun terutama di pagi hari atau ketika hujan.
Ada beberapa objek wisata alam yang bisa ditemukan di tempat ini. Yaitu Taman Hutan Batu Kapur, Telaga Bidadari, Gua Bulu' Barakka’, Gua Telapak Tangan, Gua Pasaung, dan wisata Sungai Pute beserta Kampung Berua.
Taman Hutan Batu Kapur Rammang-Rammang
Seperti yang diketahui bahwa Gugusan Pegunungan Kapur (karst) Maros-Pangkep adalah gugusan pegunungan kapur yang terluas dan terbesar kedua di dunia setelah pegunungan kapur yang ada di Cina. Bahkan ada pula literatur yang mengatakan bahwa pegunungan kapur yang terluas dan terbesar pertama di dunia untuk saat ini adalah Karst Maros-Pangkep, hal ini dikarenakan pegunungan kapur Cina yang sudah banyak berkurang akibat ekploitasi dan aktivitas pertambangan.
Mungkin sebagian dari kita tidak banyak yang tahu bahwa selain taman hutan batu yang berada di Cina dan Madagaskar, negara kita juga memiliki taman hutan batu yang eksotik dan tak kalah indahnya. Hal ini dikarenakan masing-masing taman hutan batu memiliki karakterisitik dan ciri khas yang berbeda-beda. Kawasan ini ibarat sebuah kompleks tempat berkumpulnya bebatuan, dengan ratusan bahkan mungkin ribuan bebatuan kapurnya yang berwarna hitam dan abu-abu dengan berbagai ukuran dan bentuknya yang unik terdapat di kawasan ini. Bahkan kalau mampu, kita bisa menyusuri dan memanjat satu persatu bebatuan yang ada. Pada bagian depan terdapat hamparan sawah penduduk sedangkan bagian belakang terdapat sebuah sungai yaitu Sungai Pute. Kawasan ini ditumbuhi pula oleh pepohonan hutan dan pohon lontar di sekitarnya. Sesekali dihiasi oleh ternak peliharaan penduduk setempat seperti itik dan sapi yang sedang mencari makan, yang semakin menambah keindahan taman hutan batu di daerah ini. Tidak salah rasanya kalau taman hutan batu di Rammang-Rammang ini adalah salah satu yang terindah di dunia.
Taman Hutan Batu Kapur Rammang-Rammang ini hanya satu di Indonesia dan terbesar /terluas ketiga di dunia, setelah yang pertama adalah Taman Hutan Batu Tsingy di Madagaskar dan yang kedua adalah Taman Hutan Batu Yunan yang ada di Cina. Praktis terdapat 2 kompleks taman hutan batu yang berada di kawasan ini, yakni yang berada di bagian utara dan selatan.
|
Taman Hutan Batu |
|
Taman Hutan Batu |
|
Taman Hutan Batu |
|
Taman Hutan Batu |
|
Taman Hutan Batu |
Telaga atau Taman Bidadari
Telaga ini biasa juga disebut dengan istilah Taman Bidadari. Dan tak banyak orang yang mengetahui akan keberadaan telaga bidadari ini. Telaga ini masih berada di kawasan Rammang-Rammang. Berada tepat di tengah-tengah bukit kapur, yang mempunyai lubang besar tepat di tengahnya dan menjadi tempat berkumpulnya air sehingga membentuk sebuah telaga. Air dari telaga ini berasal dari celah bebatuan kapur, dan hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki dengan melewati jalan setapak berupa pecahan-pecahan batu kapur di sepanjang jalan. Objek wisata ini cukup berbahaya dan menantang karena kita mesti mendaki gunung kapur dan melewati cukup banyak jalan setapak yang berada di tepi jurang. Dengan airnya yang jernih dan segar menjadikan telaga ini sebagai salah satu sumber mata air tawar bagi penduduk setempat.
Menurut cerita rakyat setempat, tempat ini adalah tempat mandi para bidadari sehingga tempat ini pun disebut sebagai Telaga atau Taman Bidadari. Uniknya, air pada telaga ini akan surut pada musim hujan, dan air akan tinggi pada musim kering. Dibutuhkan tenaga ekstra untuk mencapai telaga ini.
|
Telaga Bidadari |
|
Telaga Bidadari |
|
Telaga Bidadari |
Gua Bulu’ Barakka’
Objek wisata berikutnya adalah Gua Bulu’ Barakka’. Berada tidak terlalu jauh dari Hutan Taman Batu Kapur Rammang-Rammang dan Sungai Pute, dan dapat dicapai dengan mengendarai sepeda motor kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar setengah kilometer. Kata
Bulu’ diambil dari Bahasa Makassar yang berarti gunung dan
Barakka’ yang berarti berkah atau anugerah. Terdapat situs prasejarah di dalam gua ini, berupa cap tangan manusia purba dan gambar hasil karya manusia purba, berupa gambar hewan seperti kerbau, ikan, rusa, dan gambar kegiatan manusia purba pada zaman dahulu pada dinding gua. Untuk dapat mencapai mulut gua kita perlu memanjat tebing vertikal setinggi kurang lebih 5 meter.
|
Bulu’ Barakka’ |
|
Gua Bulu’ Barakka' |
|
Gua Bulu’ Barakka’ |
Gua Telapak Tangan
Satu jalur dengan Telaga Bidadari, untuk mencapai gua ini kita mesti berjalan kaki agak jauh ke dalam sekitar 2 km. Melewati persawahan dan pematang sawah sebagai jalan setapaknya, dan sepanjang perjalanan di samping kiri kanan adalah gunung kapur yang menjulang tinggi. Objek yang ditemukan di gua ini tidak jauh berbeda dengan Gua Bulu’ Barakka’. Di mana di gua ini juga terdapat situs prasejarah di dalamnya, berupa cap tangan manusia purba dan gambar hasil karya manusia purba. Lebih menariknya lagi karena di dalam gua terdapat semacam telaga/danau yang cukup luas yang terkadang digunakan sebagai sumber mata air tawar oleh penduduk setempat. Untuk mencapai mulut gua, kita mesti mendaki bukit kapur setinggi sekitar 20 meter. Sedangkan untuk mencapai telaga di dalam gua, kita mesti melewati jalur yang licin dan terjal. Terkadang kita akan menemukan satwa endemik yang tinggal di dalam gua telapak tangan yang gelap ini, seperti laba-laba, kaki seribu, dan jangkrik. Diperlukan alat penerangan dan peralatan yang cukup lengkap untuk mencapai telaga di dalam gua ini.
|
Gua Telapak Tangan |
|
Gua Telapak Tangan |
|
Gambar Hewan |
|
Gambar Perahu |
|
Gambar Ikan |
|
Telaga di Dalam Gua |
|
Suasana di Dalam Gua |
|
Satwa Endemik Gua |
|
Satwa Endemik Gua |
|
Satwa Endemik Gua |
Sungai Pute Dan Kampung Berua
Arti kata Sungai Pute dan Kampung Berua berasal dari Bahasa Makassar, yaitu
Pute yang berarti Putih dan
Berua yang berarti
baru. Sungai Pute yang dangkal dengan aliran sungainya yang tenang dan airnya yang jernih, menemani perjalanan kita menuju ke Kampung Berua.
Berangkat dari dermaga Rammang-Rammang dengan menumpangi kapal bermotor, yang oleh penduduk setempat biasa disebut dengan istilah
katinting. Kita akan disuguhkan oleh sebuah pemandangan indah lainnya, karena di sepanjang tepi sungai ditumbuhi hutan pohon nipah dan bakau khas sungai berair payau, serta dihiasi pula oleh gugusan Taman Hutan Batu Kapur Rammang-Rammang beserta gugusan pegunungan kapur yang berdiri tegak di tepi sungai. Pada beberapa lokasi kita akan menemukan bebatuan yang berada di tengah sungai yang akan dilintasi oleh perahu, juga bebatuan kapur yang berada di tepi sungai dengan bentuknya yang unik yang muncul dari balik pohon. Tak jarang pula kita bisa melihat burung belibis dan burung endemik lainnya yang sedang asyik beristirahat di atas bebatuan. Terdapat gua kapur di tengah perjalanan, kemudian perahu pun akan melintas ke dalam gua tersebut sampai menembus ujung gua. Rumah panggung khas suku Bugis-Makassar milik penduduk setempat yang berada di tepi sungai melengkapi perjalanan kita menuju Kampung Berua.
Semakin jauh ke dalam aliran sungai akan semakin menyempit dan berkelok-kelok, kemudian kita akan menemukan dua bukit kapur yang mengapit Sungai Pute, di mana perahu akan melintas di tengah kedua bukit kapur tersebut. Tepi dari kedua bukit kapur ini membentuk relief yang sangat indah seperti tangga dikarenakan proses pelarutan oleh air ribuan tahun yang lalu. Tepat setelah itu perahu akan bersandar di dermaga kecil yang bernama dermaga Kampung Berua.
|
Dermaga Rammang Rammang |
|
Sungai Pute |
|
Sungai Pute |
|
Gua di Aliran Sungai Pute |
|
Sungai Pute |
|
Sungai Pute |
|
Sungai Pute |
|
Rumah Penduduk di Tepi Sungai Pute |
|
Kedua Bukit Kapur Yang Mengapit Sungai Pute |
|
Perahu Sampan Milik Penduduk Setempat |
Sesaat setelah perahu bersandar, kita dipersilahkan turun dari perahu untuk mengisi buku tamu dan sekedar melihat-lihat pemandangan serta berkeliling di sebuah kampung nan asri dan indah bernama Kampung Berua. Kampung ini terletak di tengah-tengah gugusan pegunungan kapur beserta hutan tropisnya, yang dihiasi oleh hamparan sawah dan tambak ikan milik penduduk setempat. Kampung ini hanya terdiri dari beberapa rumah dan keluarga saja, dengan rumah panggung khas rumah tradisional suku Bugis-Makassar sebagai tempat tinggalnya, yang keseluruhan penduduknya adalah satu keluarga besar. Mata pencaharian mereka rata-rata adalah sebagai petani sawah dan tambak, juga sebagai pengrajin atap tradisional dari daun pohon nipah. Kampung ini bisa diakses melalui jalur Sungai Pute dengan menumpangi perahu sampan ataupun perahu
katinting.
Berada di perkampungan ini rasanya seperti berada di sepotong kecil dari bagian dunia yang hilang. Tidak ada jaringan listrik di kampung ini, energi listrik diperoleh dari panel surya bantuan pemerintah, dan hanya digunakan seperlunya ketika pagi sampai sore hari. Sebagian besar digunakan untuk mengisi baterai ponsel atau sekedar menyalakan beberapa peralatan elektronik sederhana seperti televisi atau radio. Sebuah kampung yang asri dan damai, ditemani oleh hembusan angin yang sejuk dan ternak sapi peliharaan yang sedang mencari makan milik penduduk setempat, semakin menambah indah suasana di Kampung Berua. Ditambah lagi dengan penduduk yang ramah dan bersahaja membuat kita tak ingin cepat untuk beranjak pergi dari kampung ini.
Total jarak perjalanan menyusuri Sungai Pute ini pulang pergi dari Dermaga Rammang-Rammang ke Dermaga Kampung Berua, lalu kembali lagi ke Dermaga Rammang-Rammang yaitu sekitar 3 km. Selama perjalanan kita akan selalu bertemu dengan penduduk setempat yang sedang mencari ikan atau yang hanya sekedar mendayung perahu sampannya dan dengan ramah menegur sapa dengan senyuman hangat.
Kita dapat menyewa perahu
katinting ini dengan biaya Rp. 250.000,- setiap perahu untuk satu kali perjalanan pulang-pergi dari dan ke Dermaga Rammang Rammang-Kampung Berua.Yang di mana setiap perahu bisa ditumpangi kurang lebih untuk 5 penumpang.
|
Kampung Berua |
|
Kampung Berua |
|
Kampung Berua |
|
Kampung Berua |
Gua Pasaung
Ada banyak gua yang terdapat di lokasi ini, tapi untuk sementara hanya ada 3 gua saja yang diketahui meninggalkan jejak prasejarah, yaitu Gua Bulu’ Barakka’, Gua Telapak Tangan, dan yang terakhir adalah Gua Pasaung. Gua Pasaung ini berada di Kampung Berua. Dengan sedikit berjalan kaki dari dermaga Kampung Berua, kita dapat menemukan peninggalan sejarah manusia purba lainnya yang berupa cap tangan manusia purba. Arti kata
Pasaung berasal dari Bahasa Makassar yang berarti "sabung". Konon katanya tempat ini diberi nama
Pasaung karena dahulu di gua ini biasa dijadikan tempat untuk melakukan tradisi atau hiburan masyarakat setempat yaitu sabung ayam.
|
Gua Pasaung |
Menurut teori dari beberapa penelitian, bahwa selain sebagai tempat tinggal, manusia purba dahulu sengaja memilih gua yang agak tinggi untuk menghindar dari ancaman binatang buas. Mereka juga sengaja meninggalkan jejak berupa cap tangan untuk melindungi dan menjaga diri mereka dari pengaruh roh-roh jahat. Cap tangan dibuat dengan cara menempelkan telapak tangan ke dinding gua, lalu mengunyah bagian dari tumbuhan hutan tertentu yang berwarna cerah dan menyemprotkannya dengan mulut ke dinding gua. Sedangkan lukisan-lukisan di dinding gua seperti gambar perahu, rusa, dan ikan, menggambarkan kegiatan mereka sehari-hari seperti berburu, mencari ikan atau pun kegiatan lainnya.
Bukit Karst Kampung Berua
Objek wisata terakhir adalah Bukit Karst Kampung Berua. Dengan sedikit berjalan kaki dari Gua Pasaung melewati pematang sawah dan tambak sebagai jalan setapak, kemudian menyeberangi Sungai Pute melalui atas jembatan bambu, kita pun akhirnya dapat mencapai bukit kapur (karst) ini. Dengan ketinggiannya yang tidak begitu tinggi sekitar 7 meter, menjadikan bukit kapur ini cukup mudah untuk kita capai dan menjadi destinasi wisata selanjutnya di Kampung Berua.
Di atas puncak bukit terdapat pondok sederhana tanpa dinding yang terbuat dari kayu dan atap pohon nipah sebagai atapnya yang akan menjadi tempat untuk kita beristirahat. Ditemani angin gunung yang sejuk dan berhembus cukup kencang, kita pun bisa melihat-lihat pemandangan Kampung Berua dari atas bukit ini. Di balik bukit terdapat sungai kecil yang mengalir dari atas pegunungan kapur yang juga menjadi salah satu sumber mata air tawar bagi penduduk Kampung Berua.
Rasa lelah karena berjalan seolah terbayarkan oleh indahnya pemandangan Kampung Berua dari atas bukit. Ada banyak bukit kapur di kampung ini, tapi hanya ada 1 bukit saja yang memungkinkan untuk kita daki. Dikarenakan bukit kapur yang lainnya menjulang tinggi sehingga sulit untuk didaki.
|
Meniti Jembatan Bambu Menuju Bukit Karst |
|
Bukit Karst Kampung Berua |
|
Pemandangan Kampung Berua Dari Atas Bukit |
|
Sungai Kecil di Balik Bukit |
Sekedar informasi bahwa terdapat pemandu wisata lokal di setiap objek yang akan kita datangi. Mereka adalah penduduk setempat yang bisa kita sewa jasanya untuk memandu ke tempat yang akan kita datangi seperti Taman Hutan Batu, Telaga Bidadari, Gua Pasaung, Bukit Karst Kampung Berua. Mereka tidak mematok harga dan kita bisa membayar jasa mereka seikhlasnya. Juga ada beberapa rumah penduduk yang bisa disewa untuk homestay atau penginapan yang bisa dijadikan sebagai tempat untuk menginap.
Selama dalam perjalanan, tak jarang kita akan menemui satwa endemik setempat seperti burung, ayam hutan, dan kera tak berekor, bahkan ular. Satu hal yang mesti diingat jangan pernah mengganggu apalagi sampai melempari kera tersebut, meskipun kera itu cuma seekor. Karena kera itu akan membalas perlakuan kita kepadanya dengan memanggil teman keranya yang lain dan berbalik menyerang.
Pada sore menjelang malam hari, kita akan menemukan jutaan kelelawar kecil yang keluar dari balik gua untuk mencari makan, mereka terbang bersamaan dengan membentuk berbagai macam formasi dan cukup menimbulkan suara bising. Lalu sekelompok kecil burung elang pun akan beterbangan dan siap memangsa kawanan kelelawar tadi.
Lokasi yang masih sangat alami dan sangat indah ini dengan penduduk setempat yang santun dan bersahaja, membuat tempat ini terasa semakin nyaman dan aman untuk dikunjungi.
Hanya ada 4 objek wisata saja yang cukup terkespos di daerah ini dan menjadi tempat lokasi syuting acara “Ring of Fire” Metro TV. Yaitu Taman Hutan Batu Kapur, Gua Bulu’ Barakka’, Sungai Pute dan Kampung Berua. Sebenarnya masih banyak tempat yang berpotensi menjadi objek wisata di kawasan ini, tapi mungkin belum ditemukan dan belum terekspos. Dan menariknya lagi tidak ada biaya keluar untuk dapat mengunjungi semua objek wisata yang terdapat di kawasan ini alias gratis, kecuali untuk menyewa perahu, membayar parkir kendaraan, atau menyewa jasa pemandu wisata lokal setempat. Objek wisata ini pun masih sangat alami dan belum banyak dirusak oleh tangan-tangan jahil. Tapi satu hal yang sangat disayangkan ada beberapa taman hutan batu yang dirusak oleh masyarakat sekitar untuk dijual dan dijadikan sebagai bahan baku pondasi bangunan.
Potensi wisata kelas dunia dan situs warisan dunia yang belum sempat diakui oleh Unesco ini telah rusak. Sangat berbeda jauh dengan Hutan Batu Tsingy di Madagaskar, dan Hutan Batu Yunan yang ada di Cina yang tetap terjaga keasriannya dan telah diakui Unesco sebagai situs warisan dunia, serta menjadi tempat wisata andalan kelas dunia di negaranya masing-masing. Semoga masyarakat di sekitar bisa sadar, terutama pemda setempat yaitu Pemda Kabupaten Maros yang katanya sebagai
kabupaten penyangga Kotamadya Makassar ini. Supaya bisa melihat potensi wisata ini dan segera mengambil langkah nyata menjaga situs sejarah dan objek wisata alam yang sangat indah di kawasan ini. Aamiin
Untuk informasi harga paket wisata ke Rammang Rammang ataupun bertanya informasi lainnya tentang Objek Wisata Rammang Rammang ini, Anda dapat menghubungi kami di:
081343706760 a/n Haekal (maaf tidak melayani sms)
email di haekal.anas@gmail.com
Facebook Messenger
Kale' Kerabat
atau berkomentar di kolom komentar
Kami juga menyediakan paket menginap di Rammang-Rammang dan Kampung Berua.
Salam hangat,
Haekal Anas